Senin, 25 November 2013

Tanda Baca



Pemakaian Tanda Baca

A.    Tanda Titik (.)
1.      Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
     Misalnya:
           Ayahku tinggal di Solo.
           Biarlah mereka duduk di sana.
           Dia menanyakan siapa yang akan datang.
2.      Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagian, ikhtisar, atau daftar.
     Misalnya:
a.        III. Departemen Dalam Negeri
A.    Direktorat Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa
B.     Direktorat Jenderal Agraria 
b.      1. Patokan Umum
     1.1 Isi Karangan
     1.2 Ilustrasi
     1.2.1  Gambar Tangan
     1.2.2  Tabel
     1.2.3  Grafik
3.      Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukan waktu.
     Misalnya:
           pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)
           pukul 2.24.10 (pukul 2 lewat 24 menit 10 detik)
4.      Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukan jangka waktu.
     Misalnya:
           1.35.20 jam ( 1 jam, 35 menit, 20 detik)
           0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
           0.0.30 jam (30 detik)
5.      Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
     Misalnya:
           Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltervreden: Balai Poestaka.
           Usman, Zuber. 1963. Kesusastraan Lama Indonesia. Jakarta: Gunung Agung.
                  Rahajoe, Sri. 1982. Kesusasteraan Lama Indonesia. Surakarta: Widya Duta.
6.      Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
     Misalnya:
           Desa itu berpenduduk 24.200 orang.
           Gempa yang terjadi semalam menewaskan 1.231 jiwa.
7.      Tanda titik tidak  dipakai untuk memisahkanbilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukan jumlah.
     Misalnya:
           Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
           Lihat halaman 2345 dan seterusnya.
           Nomor gironya 5645678.
8.      Tanda titik tidak  dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
     Misalnya:
           Acara kunjungan Adam Malik
           Bentuk dan Kedaulatan(Bab I UUD ‘45)
           Salah Asuhan
9.      Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat atau (2) nama dan alamat penerima surat.
     Misalnya:
           Jalan Diponegoro 82 (tanpa titik)
           Jakarta (tanpa titik)
           1 April 1985 (tanpa titik)
           Yth. Sdr. Moh. Hasan (tanpa titik)
           Jalan Arif 43 (tanpa titik)
           Palembang (tanpa titik)
           Kantor Penempatan Tenaga (tanpa titik)

B.     Tanda Koma (,)
1.      Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan. Misalnya:
      Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
      Surat biasa, surat kilat, ataupun surat khusus memerlukan perangko.
      Di atas meja ada piring, sendok, dan garpu.
2.      Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat serata berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi  atau melainkan.
Misalnya:
      Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
      Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim.
      Pensil itu bukan milikku, tetapi milik adikku.
3.      Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
            Misalnya:
                  Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
                  Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.
                  Jika aku bisa, saya akan membantunya.
4.      Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.
Misalnya:
      Saya tidak akan datang kalau hari hujan.
      Dia lupa akan janjinya karena sibuk.
      Dia tahu bahwa soal itu penting.
5.      Tanda koma dipakai di belakangkata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi.
Misalnya:
      ... Oleh karena itu, kita harus hati-hati.
      ... Jadi, soalnya tidak semudah itu.
6.      Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat.
Misalnya:
      O, begitu?
      Wah,bukan main!
      Hati-hati, ya, nanti jatuh.
7.      Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dari kalimat.
Misalnya:
      Kata Ibu, “ Saya gembira sekali.”
      “Saya gembira sekali,” kata Ibu, “karena kamu lulus.”
8.      Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya:
      (i)  Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas
                        Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Pakuan, Bogor.
                  (ii)  Sdr. Anwar, Jalan Pisang Batu 1, Bogor
                  (iii)  Surabaya, 10 Mei 1960
                  (iv)  Kuala Lumpur, Malaysia.
9.      Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
Misalnya:
      Alisjahbana, Sultan Takdir. 1949. Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia.
      Jilid 1 dan 2. Djakarta: PT Pustaka Rakjat.
10.  Tanda koma dipakai di antara namaorang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya darisingkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Misalnya:
      B. Ratulangi, S.E.
                  Ny. Khadijah, M.A.
11.  Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
Misalnya:
      Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono, berkunjung ke Manado.
      Semua siswa, baik yang laki-laki maupun yang perempuan, mengikuti
                  latihan paduan suara.
12.  Tanda koma dipakai di muka angka persepuluh atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
Misalnya:
      12,5 m
      Rp 12,50
                  $ 50,000.50
13.  Tanda koma dapat dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang terdapatpada awal kalimat.
Misalnya:
      Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap
                  yang bersungguh-sungguh.
                  Atas bantuan Edyar, Agus mengucapkan terima kasih.
14.  Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
Misalnya:
      “ Di mana Saudara tinggal?” tanya Karim.
       “Berdiri lurus-lurus!” perintahnya.

C.    Tanda Titik Koma (;)
1.      Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Misalnya:
      Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga.
2.      Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.
Misalnya:
      Ayah mengurus tanamannya di kebun itu; Ibu sibuk memasak di
                  dapur; Adik menghapal nama-nama pahlawan nasional.

D.    Tanda Titik Dua (:)
1.      Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya:
      Ketua : Moch. Achyar
      Sekretaris : Tati Suryati
      Bendahara : Noviana Pertiwi
2.      Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara surah dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan, serta (iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
Misalnya:
      (v)  Tempo, I (34), 1971:7
      (vi)  Surah Yasin:9
      (vii) Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi,
                           sudah terbit.
                  (viii) Marzuki dan Rudy W. 2006. Pembuatan Aneka Kerupuk. Jakarta:
                           Penebar Swadaya.
3.      Titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Misalnya:
      Ayah : “Karyo, sini kamu!”
      Karyo : (datang menghampiri) “Ada apa, Pak?”
      Ayah : “Tolong ambilkan sepatu hitam yang di atas lemari!”
4.      Titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian.
Misalnya:
      Pak Adi mempunyai tiga orang anak: Ardi, Aldi, dan Asdi.
      Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan
                  lemari.

E.     Tanda Hubung (-)




1.      Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar atau kata berimbuhan yang terpisah oleh pergantian baris.
            Misalnya:
                  di samping cara lama diterapkan juga cara baru.
                  sebagaimana kata peribahasa, tak ada gading yang tak retak.
2.      Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
            Misalnya:
                  anak-anak
kupu-kupu
berulang-ulang
kemerah-merahan
mondar-mandir
sayur-mayur
3.      Tanda hubung menyambung huruf dari kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.
Misalnya:
      p-a-n-i-t-i-a
      6-12-2009
                  20-10-2010
4.      Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan kata dengan kata berikutnya atau sebelumnya yang dimulai dengan huruf kapital, kata/huruf dengan angka, angka dengan kata/huruf.
Misalnya:
      se-Indonesia
                  se-Jabodetabek
                   mem-PHK-kan
                  sinar-X
                  peringkat ke-2
5.      Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
Misalnya:
      di-smash
                  pen-tackle-an

F.     Tanda Pisah (––)
1.      Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat.
Misalnya:
      Kemerdekaan bangsa itu––saya yakin akan tercapai––diperjuangkan
                  oleh bangsa itu sendiri.
                  Keberhasilan itu––say yakin––dapat dicapai kalau kita mau berusaha keras.
2.      Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
Misalnya:
      Rangkaian temuan ini––evolusi, teori kenisbian, dan kini juga
                  pembelahan atom––telah mengubah konsepsi kita tentang alam
                  semesta.
3.      Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau kata dengan arti ‘sampai dengan’ atau ‘sampai ke’.
Misalnya:
      2004––2009
      tanggal 1––10 Mei 2007
      Jakarta––Bandung

G.    Tanda Elipsis (...)
1.      Tanda elipsis dipakai dalam kalimat atau dialog yang terputus-putus.
Misalnya:
      Kalau begitu ..., ya, ayo kita berangkat.
Jika Saudara setuju dengan harga itu ..., pembayarannya akan segera kami lakukan.
2.      Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan.
Misalnya:
      ... selanjutnya akan di bawa ke pengadilan.
      Ibu baru pulang ... pasar.
     
H.    Tanda Tanya (?)
1.      Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Misalnya:
      Kapan ia berangkat?
      Saudara tahu, bukan?
                  Siapa namamu?
2.      Tanda tanya dipakai di dalam kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan kebenarannya.
Misalnya:
      Ia dilahirkan pada tahun 1983 (?).
      Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.
                  Dia dilahirkan pada tahun 1963 (?)
I.       Tanda Seru (!)
1.      Tanda seru dipakai pada akhir kalimat perintah.
Misalnya:
      Bersihkan kamar itu sekarang juga!
      Jangan berisik!
2.      Tanda seru dipakai pada akhir ungkapan atau pernyataan yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ketakjuban, ataupun rasa emosi yang kuat.
Misalnya:
      Alangkah seramnya peristiwa itu!
      Indah sekali pemandangan alam ini!
      Merdeka!

J.      Tanda Kurung ((  ))
1.      Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya:
      Komisi A telah selesai menyusun GBPK (Garis-Garis Besar Program
                  Kerja) dalam sidang pleno tersebut.
                  Anak itu tidak memiliki KTP (kartu tanda penduduk).
2.      Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.
Misalnya:
Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan perkembangan per-ekonomian Indonesia lima tahun terakhir.
Sajak Tranggono yang berjudul “Ubud” (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962.
3.      Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.
Misalnya:
      Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan
                  (c) modal.
Dia harus melengkapi berkas lamarannya dengan melampirkan (1) akta kelahiran, (2) ijazah terakhir, dan (3) surat keterangan kesehatan.
4.      Tanda kurung mengapit huruf atau katayang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.
Misalnya:
      Kata cocainediserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a).
      Sahrul Gunawan berasal dari (kota) Bogor.

K.    Tanda Kurung Siku ([ ])
1.      Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.
Misalnya:
      Sang Puteri men[d]engar bunyi gemerisik.
      Ulang tahun [hari kemerdekaan] RepubliknIndonesia jatuh pada hari Selasa.
2.      Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
Misalnya:
      Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab
                  II [lihat halaman 35––38]) perlu dibentangkan di sini.

L.     Tanda Petik (“ “)
1.      Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lainnya.
Misalnya:
      “Saya belum siap,” kata Mira, “tunggu sebentar!”
                  Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, “Bahasa negara ialah bahasa Indonesia.”
2.      Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Misalnya:
      Sajak “Berdiri Aku” terdaapat pada halaman 5 buku itu.
      Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul “Rapor dan Nilai
      Prestasi di SMA” diterbitkan dalam harian Tempo.
3.      Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang
            mempunyai arti khusus.
            Misalnya:
                  Saat ini ia sedang tidak mempunyaipacar yang di kalangan remaja
                  dikenal dengan “jomblo”.
                  Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan “si Hitam”.

M.   Tanda Petik Tunggal (‘ ’)
1.      Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Misalnya:
      Tanya Basri, “Kau dengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?”
      “Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, ‘Ibu, Bapak
                  pulang’, dan rasa letihku lenyap seketika,” ujar Pak Hamdan.
2.      Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing.
Misalnya:
      Feed-back berarti ‘balikan’.
                  Terpandai berarti ‘paling pandai’
                  Retina berarti ‘dinding mata sebelah dalam’
                  Tinggi hati berarti ‘angkuh’

N.    Tanda Garis Miring (/)
1.      Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Misalnya:
      No. 12/PK/2005
      Jalan Kramat III/10
      Masa Bakti 2005/2006
      Tahun Ajaran 2006/2007
2.      Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap.
Misalnya:
      Laki-laki/Perempuan
      120 km/jam
           
O.    Tanda Penyingkat atau Apostrof (‘)
1.      Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
Misalnya:
      Gunung pun ‘kan kudaki. (‘kan = akan)
      17 Agustus ’45 (’45 = 1945)