Pemakaian Tanda Baca
A. Tanda Titik
(.)
1.
Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan
pertanyaan atau seruan.
Misalnya:
Ayahku tinggal di Solo.
Biarlah mereka duduk di sana.
Dia menanyakan siapa yang akan
datang.
2.
Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam
suatu bagian, ikhtisar, atau daftar.
Misalnya:
a.
III. Departemen
Dalam Negeri
A.
Direktorat Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa
B.
Direktorat Jenderal Agraria
b.
1. Patokan Umum
1.1 Isi Karangan
1.2 Ilustrasi
1.2.1 Gambar Tangan
1.2.2 Tabel
1.2.3 Grafik
3.
Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit,
dan detik yang menunjukan waktu.
Misalnya:
pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit
20 detik)
pukul 2.24.10 (pukul 2 lewat 24 menit
10 detik)
4.
Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit,
dan detik yang menunjukan jangka waktu.
Misalnya:
1.35.20 jam ( 1 jam, 35 menit, 20
detik)
0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
0.0.30 jam (30 detik)
5.
Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul
tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat
terbit dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Siregar, Merari. 1920. Azab dan
Sengsara. Weltervreden: Balai Poestaka.
Usman, Zuber. 1963. Kesusastraan Lama
Indonesia. Jakarta: Gunung Agung.
Rahajoe,
Sri. 1982. Kesusasteraan Lama Indonesia. Surakarta: Widya Duta.
6.
Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan
atau kelipatannya.
Misalnya:
Desa itu berpenduduk 24.200 orang.
Gempa yang terjadi semalam menewaskan
1.231 jiwa.
7.
Tanda titik tidak dipakai untuk
memisahkanbilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukan jumlah.
Misalnya:
Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
Lihat halaman 2345 dan seterusnya.
Nomor gironya 5645678.
8.
Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang
merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
Misalnya:
Acara kunjungan Adam Malik
Bentuk dan Kedaulatan(Bab I UUD ‘45)
Salah Asuhan
9.
Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat
pengirim dan tanggal surat atau (2) nama dan alamat penerima surat.
Misalnya:
Jalan Diponegoro 82 (tanpa titik)
Jakarta (tanpa titik)
1 April 1985 (tanpa titik)
Yth. Sdr. Moh. Hasan (tanpa titik)
Jalan Arif 43 (tanpa titik)
Palembang (tanpa titik)
Kantor Penempatan Tenaga (tanpa
titik)
B. Tanda Koma
(,)
1.
Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu
perincian atau pembilangan. Misalnya:
Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
Surat biasa, surat kilat, ataupun surat
khusus memerlukan perangko.
Di atas meja ada piring, sendok, dan
garpu.
2.
Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara
yang satu dari kalimat serata berikutnya yang didahului oleh kata seperti
tetapi atau melainkan.
Misalnya:
Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak
Kasim.
Pensil itu bukan milikku, tetapi milik
adikku.
3.
Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari
induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
Misalnya:
Kalau hari hujan, saya tidak
akan datang.
Karena sibuk, ia lupa akan
janjinya.
Jika aku bisa, saya akan
membantunya.
4.
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat
dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.
Misalnya:
Saya tidak akan datang kalau hari hujan.
Dia lupa akan janjinya karena sibuk.
Dia tahu bahwa soal itu penting.
5.
Tanda koma dipakai di belakangkata atau ungkapan
penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya
oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi.
Misalnya:
... Oleh karena itu, kita harus hati-hati.
... Jadi, soalnya tidak semudah itu.
6.
Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti kata
seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari kata yang lain yang terdapat di dalam
kalimat.
Misalnya:
O, begitu?
Wah,bukan main!
Hati-hati, ya, nanti jatuh.
7.
Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung
dari bagian lain dari kalimat.
Misalnya:
Kata Ibu, “ Saya gembira sekali.”
“Saya gembira sekali,” kata Ibu, “karena
kamu lulus.”
8.
Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii)
bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan
wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya:
(i) Surat-surat ini harap
dialamatkan kepada Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Pakuan, Bogor.
(ii) Sdr. Anwar, Jalan
Pisang Batu 1, Bogor
(iii) Surabaya, 10 Mei
1960
(iv) Kuala Lumpur,
Malaysia.
9.
Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang
dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Alisjahbana, Sultan Takdir. 1949.
Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia.
Jilid 1 dan 2. Djakarta: PT Pustaka
Rakjat.
10. Tanda koma
dipakai di antara namaorang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk
membedakannya darisingkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Misalnya:
B. Ratulangi, S.E.
Ny. Khadijah, M.A.
11. Tanda koma
dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
Misalnya:
Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono,
berkunjung ke Manado.
Semua siswa, baik yang laki-laki maupun
yang perempuan, mengikuti
latihan paduan suara.
12. Tanda koma
dipakai di muka angka persepuluh atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan
dengan angka.
Misalnya:
12,5 m
Rp 12,50
$ 50,000.50
13. Tanda koma
dapat dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang
terdapatpada awal kalimat.
Misalnya:
Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa,
kita memerlukan sikap
yang bersungguh-sungguh.
Atas bantuan Edyar, Agus
mengucapkan terima kasih.
14. Tanda koma
tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang
mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya
atau tanda seru.
Misalnya:
“ Di mana Saudara tinggal?” tanya Karim.
“Berdiri lurus-lurus!” perintahnya.
C. Tanda Titik
Koma (;)
1.
Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan
bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Misalnya:
Malam makin larut; pekerjaan belum selesai
juga.
2.
Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata
penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.
Misalnya:
Ayah mengurus tanamannya di kebun itu; Ibu
sibuk memasak di
dapur; Adik menghapal nama-nama pahlawan nasional.
D.
Tanda Titik Dua (:)
1.
Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan
yang memerlukan pemerian.
Misalnya:
Ketua : Moch. Achyar
Sekretaris : Tati Suryati
Bendahara : Noviana Pertiwi
2.
Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor
dan halaman, (ii) di antara surah dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara
judul dan anak judul suatu karangan, serta (iv) nama kota dan penerbit buku
acuan dalam karangan.
Misalnya:
(v) Tempo, I (34), 1971:7
(vi) Surah Yasin:9
(vii) Karangan Ali Hakim, Pendidikan
Seumur Hidup: Sebuah Studi,
sudah terbit.
(viii) Marzuki dan Rudy W.
2006. Pembuatan Aneka Kerupuk. Jakarta:
Penebar Swadaya.
3.
Titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata
yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Misalnya:
Ayah : “Karyo, sini kamu!”
Karyo : (datang menghampiri) “Ada apa,
Pak?”
Ayah : “Tolong ambilkan sepatu hitam yang
di atas lemari!”
4.
Titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan
lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian.
Misalnya:
Pak Adi mempunyai tiga orang anak: Ardi,
Aldi, dan Asdi.
Kita sekarang memerlukan perabot rumah
tangga: kursi, meja, dan
lemari.
E. Tanda Hubung
(-)
1.
Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar atau kata
berimbuhan yang terpisah oleh pergantian baris.
Misalnya:
di samping cara lama
diterapkan juga cara baru.
sebagaimana
kata peribahasa, tak ada gading yang tak retak.
2.
Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
Misalnya:
anak-anak
kupu-kupu
berulang-ulang
kemerah-merahan
mondar-mandir
sayur-mayur
3.
Tanda hubung menyambung huruf dari kata yang dieja
satu-satu dan bagian-bagian tanggal.
Misalnya:
p-a-n-i-t-i-a
6-12-2009
20-10-2010
4.
Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan kata dengan
kata berikutnya atau sebelumnya yang dimulai dengan huruf kapital, kata/huruf
dengan angka, angka dengan kata/huruf.
Misalnya:
se-Indonesia
se-Jabodetabek
mem-PHK-kan
sinar-X
peringkat ke-2
5.
Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa
Indonesia dengan unsur bahasa asing.
Misalnya:
di-smash
pen-tackle-an
F. Tanda Pisah
(––)
1.
Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat
yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat.
Misalnya:
Kemerdekaan bangsa itu––saya yakin akan
tercapai––diperjuangkan
oleh bangsa itu sendiri.
Keberhasilan
itu––say yakin––dapat dicapai kalau kita mau berusaha keras.
2.
Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau
keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
Misalnya:
Rangkaian temuan ini––evolusi, teori
kenisbian, dan kini juga
pembelahan atom––telah mengubah konsepsi kita tentang alam
semesta.
3.
Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau kata
dengan arti ‘sampai dengan’ atau ‘sampai ke’.
Misalnya:
2004––2009
tanggal 1––10 Mei 2007
Jakarta––Bandung
G. Tanda
Elipsis (...)
1.
Tanda elipsis dipakai dalam kalimat atau dialog yang
terputus-putus.
Misalnya:
Kalau begitu ..., ya, ayo kita berangkat.
Jika Saudara setuju dengan harga itu
..., pembayarannya akan segera kami lakukan.
2.
Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat
atau naskah ada bagian yang dihilangkan.
Misalnya:
... selanjutnya akan di bawa ke
pengadilan.
Ibu baru pulang ... pasar.
H. Tanda Tanya
(?)
1.
Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Misalnya:
Kapan ia berangkat?
Saudara tahu, bukan?
Siapa
namamu?
2.
Tanda tanya dipakai di dalam kurung untuk menyatakan
bagian kalimat yang disangsikan kebenarannya.
Misalnya:
Ia dilahirkan pada tahun 1983 (?).
Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?)
hilang.
Dia
dilahirkan pada tahun 1963 (?)
I. Tanda Seru
(!)
1.
Tanda seru dipakai pada akhir kalimat perintah.
Misalnya:
Bersihkan kamar itu sekarang juga!
Jangan berisik!
2.
Tanda seru dipakai pada akhir ungkapan atau pernyataan
yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ketakjuban, ataupun rasa
emosi yang kuat.
Misalnya:
Alangkah seramnya peristiwa itu!
Indah sekali pemandangan alam ini!
Merdeka!
J.
Tanda Kurung (( ))
1.
Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau
penjelasan.
Misalnya:
Komisi A telah selesai menyusun GBPK
(Garis-Garis Besar Program
Kerja) dalam sidang pleno tersebut.
Anak itu tidak memiliki KTP
(kartu tanda penduduk).
2.
Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang
bukan bagian integral pokok pembicaraan.
Misalnya:
Keterangan itu (lihat Tabel 10)
menunjukkan perkembangan per-ekonomian Indonesia lima tahun terakhir.
Sajak Tranggono yang berjudul “Ubud”
(nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962.
3.
Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci
satu urutan keterangan.
Misalnya:
Faktor produksi menyangkut masalah (a)
alam, (b) tenaga kerja, dan
(c) modal.
Dia harus melengkapi berkas
lamarannya dengan melampirkan (1) akta kelahiran, (2) ijazah terakhir, dan (3)
surat keterangan kesehatan.
4.
Tanda kurung mengapit huruf atau katayang kehadirannya
di dalam teks dapat dihilangkan.
Misalnya:
Kata cocainediserap ke dalam bahasa
Indonesia menjadi kokain(a).
Sahrul Gunawan berasal dari (kota) Bogor.
K. Tanda Kurung
Siku ([ ])
1.
Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok
kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang
ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu
memang terdapat di dalam naskah asli.
Misalnya:
Sang Puteri men[d]engar bunyi gemerisik.
Ulang tahun [hari kemerdekaan]
RepubliknIndonesia jatuh pada hari Selasa.
2.
Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat
penjelas yang sudah bertanda kurung.
Misalnya:
Persamaan kedua proses ini (perbedaannya
dibicarakan di dalam Bab
II [lihat halaman 35––38]) perlu dibentangkan di sini.
L. Tanda Petik
(“ “)
1.
Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal
dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lainnya.
Misalnya:
“Saya belum siap,” kata Mira, “tunggu
sebentar!”
Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, “Bahasa negara ialah bahasa Indonesia.”
2.
Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab
buku yang dipakai dalam kalimat.
Misalnya:
Sajak “Berdiri Aku” terdaapat pada halaman
5 buku itu.
Karangan Andi Hakim Nasoetion yang
berjudul “Rapor dan Nilai
Prestasi di SMA” diterbitkan dalam harian
Tempo.
3.
Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang
dikenal atau kata yang
mempunyai arti khusus.
Misalnya:
Saat ini ia sedang tidak
mempunyaipacar yang di kalangan remaja
dikenal dengan “jomblo”.
Karena warna kulitnya, Budi
mendapat julukan “si Hitam”.
M. Tanda Petik
Tunggal (‘ ’)
1.
Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di
dalam petikan lain.
Misalnya:
Tanya Basri, “Kau dengar bunyi
‘kring-kring’ tadi?”
“Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak
anakku, ‘Ibu, Bapak
pulang’, dan rasa letihku lenyap seketika,” ujar Pak Hamdan.
2.
Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau
penjelasan kata atau ungkapan asing.
Misalnya:
Feed-back berarti ‘balikan’.
Terpandai berarti ‘paling pandai’
Retina berarti
‘dinding mata sebelah dalam’
Tinggi hati
berarti ‘angkuh’
N. Tanda Garis
Miring (/)
1.
Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan
nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun
takwim.
Misalnya:
No. 12/PK/2005
Jalan Kramat III/10
Masa Bakti 2005/2006
Tahun Ajaran 2006/2007
2.
Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata
atau, tiap.
Misalnya:
Laki-laki/Perempuan
120 km/jam
O. Tanda
Penyingkat atau Apostrof (‘)
1.
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata
atau bagian angka tahun.
Misalnya:
Gunung pun ‘kan kudaki. (‘kan = akan)
17 Agustus ’45 (’45 = 1945)